Berangkat Bersepeda, Pulang Ber’kelotok’….

Jalan lintas Pangkalan Bun – Kotawaringin Lama jaraknya hanya sekitar 45 Km. Jalan tembus yang sedang dalam tahap pengerasan ini, merupakan jalan penghubung antar kabupaten Kotawaringin Barat dan Sukamara.

Selama ini, perjalanan dari Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama dilayani dengan speedboat  selama sekitar 1½ jam. Apabila akan ke Sukamara, masih harus ditambah dengan 2 jam perjalanan darat. Dengan selesainya jalan tembus tadi, masyarakat akan mempunyai dua alternatif moda angkutan, melalui sungai atau melalui darat. Apabila lewat darat, masa tempuh Pangkalan Bun – Sukamara diperkirakan hanya tiga jam saja.

Saat ini kondisi jalan tersebut belum sepenuhnya selesai, meski pada awal pembangunannya ditergetkan sudah bisa dipergunakan pada April 2010. Kondisi jalan yang relatif datar dan lurus, meski masih berupa jalan tanah, menantang kami untuk menjajal kemampuan.

Maka, pada minggu pagi yang cerah, pada awal Januari 2010, kami menggenjot pedal ke sana. Tapi sial, rupanya malam sebelumnya di sana turun hujan. Tidak ayal lagi, jalan tanah berwarna merah itu pun menjadi kawasan berlumpur.

Sesekali rombongan harus berhenti untuk menunggu rekan-rekan yang tertinggal. Lebih dari sekali harus berhenti untuk membersihkan lumpur yang menempel di sekujur roda. Meski terus berupaya maju dengan semangat empat lima, menjelang tengah hari perjalanan terpaksa diakhiri di pal batas antara kedua kabupaten tersebut.

“Gak apa-apa gak nyampe jembatan, yang penting sudah masuk Kotawaringin Lama,” kata kami menghibur diri.

Dan karena rata-rata sudah kelelahan, perjalanan pulang terpaksa tidak dilakukan dengan menggenjot sepeda lagi, melainkan menyewa kelotok yang kebetulan lewat.

Kedua alternatif yang ditawarkan pemerintah daerah ternyata kami jalani : berangkat lewat darat, pulang lewat air!